
Mobil Listrik dengan Tenaga Surya: Mungkinkah Dikembangkan di Indonesia?
Perkembangan teknologi kendaraan ramah lingkungan tengah menjadi sorotan dunia, dan Indonesia tak ingin ketinggalan dalam arus perubahan ini. Di antara inovasi yang banyak dibicarakan adalah mobil listrik bertenaga surya. Mobil ini menggabungkan efisiensi kendaraan listrik dengan energi terbarukan dari sinar matahari. Pertanyaannya, apakah mungkin teknologi ini dikembangkan dan diimplementasikan secara luas di Indonesia?
Potensi Sinar Matahari yang Melimpah
Indonesia merupakan negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, dengan intensitas sinar matahari rata-rata sekitar 4,8–5,4 kWh/m² per hari. Ini berarti, secara teoritis, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan teknologi tenaga surya, termasuk untuk kendaraan listrik. Wilayah seperti Nusa Tenggara, Jawa Timur, Sulawesi, dan Papua memiliki paparan matahari tinggi sepanjang tahun, menjadikannya lokasi ideal untuk pengujian dan pengembangan mobil tenaga surya.
Prinsip Kerja Mobil Tenaga Surya
Mobil listrik tenaga surya menggunakan panel surya (biasanya berbahan silikon) yang terpasang di permukaan mobil, terutama atap dan kap. Panel ini mengubah sinar matahari menjadi energi listrik, yang disimpan dalam baterai untuk menggerakkan motor listrik. Dalam skenario ideal, mobil bisa berjalan tanpa perlu diisi daya dari luar, asalkan mendapat sinar matahari cukup.
Namun dalam praktiknya, tenaga dari panel surya biasanya hanya cukup rajazeus untuk menambah jangkauan atau memperlambat pengurangan baterai, bukan sebagai sumber utama. Oleh karena itu, mobil listrik tenaga surya tetap membutuhkan pengisian daya dari listrik konvensional sebagai cadangan.
Tantangan Teknis dan Ekonomi
Meski potensinya besar, pengembangan mobil listrik tenaga surya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan:
-
Efisiensi Panel Surya
Panel surya saat ini memiliki efisiensi konversi energi sekitar 15–22%. Artinya, hanya sebagian kecil dari sinar matahari yang benar-benar diubah menjadi listrik. Ini menyebabkan pengisian baterai lewat panel surya membutuhkan waktu sangat lama. -
Biaya Produksi
Teknologi panel surya yang fleksibel dan tahan lama untuk kendaraan masih tergolong mahal. Ditambah lagi dengan harga baterai lithium-ion yang juga tinggi, membuat mobil jenis ini belum terjangkau secara massal. -
Kondisi Cuaca dan Infrastruktur
Meskipun Indonesia kaya sinar matahari, musim hujan dan cuaca berawan tetap menjadi tantangan. Belum lagi infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya tenaga surya yang masih sangat terbatas.
Peluang dan Arah Masa Depan
Meski tantangan besar, sejumlah universitas dan startup di Indonesia telah mulai mengembangkan prototipe mobil listrik tenaga surya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan beberapa kampus lain telah merilis kendaraan bertenaga surya dalam ajang kompetisi dan riset.
Dengan dukungan dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif riset, serta keterlibatan industri otomotif lokal, bukan tidak mungkin mobil listrik tenaga surya buatan Indonesia bisa berkembang pesat dalam dekade mendatang.
BACA JUGA: Desain Mobil Modern ala Indonesia: Karya Anak Negeri yang Mendunia